Kamis, 07 April 2011

psikologi pendidikan, faktor yang mempengaruhi belajar


BELAJAR


A.  Definisi dan contoh Belajar

      Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gaglnya pencapain tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajaryang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.


1.  Definisi Belajar

      Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau  menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti latihan yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
     
       Skinner,(1) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, B. F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinfocer).
     
         Chaplin,(2) rumusan pertama berbunyi, belajajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua, belajar adalah proses memperoeh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
     
        Hintzman,(3) berpendapat belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
    
      Wittig,(4) mendefinisikan, belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi segala macam / keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

     Perlu kiranya dicatat, bahwa definisi Wittig tidak menekankan perubahan yang disebut behavioral change tetapi behavioral repertoire change, yakni perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme. Penekanan yang yang berbeda ini sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tak dapat diobservasikan secara langsung. 

     Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowlegde, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.                


 



1). Dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational psychology: The Teaching-Learning        Process. “a Process of progresive behavior adaptation”.
2). Dictionary of psychology.
3). The psychology of learning berpendapat “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior.
4). Psychology of learning “any reatively permanent change in an organisn’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience.

                                                                                              1
      Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar.

1. Relatively permanent, yang secara umum menetap.
2. Response potentiality, kemampuan bereaksi.
3. Reinforcel, yang diperkuat.
4. practise, praktik atau latihan.

       Biggs,(5) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu : 
1. secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
2. secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.
3. secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman setra cara-cara menafsirkan dunia diskeliling siswa. 

       Bertolak dari berbagai definisi diatas tadi, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

2.    A. Contoh Belajar  

       Dalam mempermudah pemahaman mengenai bagaimana sebenarnya proses belajar itu berlangsung, berikiy ini akan dikemukakan contoh sederhana sebagai gambaran. 

       Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan itu dengan cara memutar kuncinya dan meletakannya pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku memutar dan meletakan tersebut merupakan respons atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan tersebut.  
      
      Pada tahap permulaan, respons anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak tertur. Namun berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-nobilan dengan baik dan sempurna. Sehubungan dengan contoh ini, belajar dapat kita pahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuab tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada.
      
      Namun perlu dipertanyakan, apakah belajar itu hanya ditandai oleh adanya interaksi antara stimulus dengan respons?. Bagaimanapun, peristiwa belajar yang dialami manusiaitu bukan semata-mata masalah respons terhadap rangsanan yang ada, melainkan karena adanya self-direction, pengaturan dan pengarahan diri yang dikontrol otak.(6)

      Alhasil, belajar pada hakekatnya merupakan proses kognitif tang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi : mendengar, melihat, mengucapkan.

B. Arti Penting Belajar  

     Belajar adalah yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesengguhnya tak pernah ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi.  
   
5). Pendahuluan “Teaching for Learning”
6). Fungsi otak sebagai pengendali seluruh aktifitas mental dan behavioral, menurut tinjauan cognitivists (para ahli kognitif) sangat menetukan proses belajar manusia (Syah, 1992).

                                                                                                                                                   2
        Belajar juga memainkan peran panting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar sekelompok manusia tertntu, kegiatan belajar memiliki arti penting.

C. Belajar, Memori, serta Pengetahuan dalam Prespektif Psikologi dan Agama

1. Prespektif Psikologi  

     Menurut Burno,(7)  memori ialah poses mental yang meliputi pengkodean,(8) penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan.

     Menurut Best,(9) setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh subsistem akal pendek (short term memory) terlebih dahulu disimpan sesaat atau tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu sepersekian detik, dalam tempat penyimpanan sementara disebut subsistem penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi.(10) dalam ilmu kedokteran subsistemini disebut “syaraf sensori”.

2. Prespektif Agama

       Islam menurut Dr. Yusup Al-Qardhawi,(11) adalah akidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini tersirat dalam firman Allah, maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah (surat Muhammad: 9).

      Kutipan Firman-firman Allah  dan Hadits Nabi SAW. baik yang secara eksplisit maupun inplisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.

1. Allah berfirman,...apakah sama orang-orang yang mengetaui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran (surat Muhammad: 9).
2. Allah berfirman, Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak ketahui... (Al-Isra: 36).
3. Dalam hadits riwayat Ibnu Ashim dan Thabrani, Rasulullah Saw. bersabda, wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui belajar...(Qardhawi,1989).

Ragam alat belajar

      Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting melakukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkapdalam beberapa firman Tuhan adalah sebagai berikut:

1. Indera penglihat (mata) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.
2. Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal.
3. Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).

     Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam hubungannya dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional.                        
            
7. 1987.
8. Encoding, informasi itu masuk dan tesimpan didalam long term memory atau permanent memory yakni memori jangka panjang atau permanen.
9. 1987.
10. Sensory memory alias sensory register.
11. 1984. Psikologi pendidik, belajar.




                                                                                                                                                         3
     Dalam firman Allah surat Al-Nahl: 78





Artinya: Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan af-idah(12), agar kamu bersyukur .
 
D. Teori-Teori Pokok Belajar  

      Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara sekian banyak teori yang berdasrkan hasil eksperiman terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yakni: Connectionism, Classical Conditioning dan Operant Conditining.    


1. Koneksinisme

      Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike(13) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.

      Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia didepan sangkar tadi.
     Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (peti teka-teki) itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada dimuka pintu. Mula-mula kucing mengeong, mencakar, melompat, dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepannya. Akhirnya entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian terkenal instrumental conditoning, artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.(14)
      Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R psycology of learning”. Disamping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan “Trial and Learning”. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan.(15)

2. Pembiasaan Klasik

     Teori pembiasaan klasik (classical conditining) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan berdasarkan hasil eksperimen oleh Ivan Paylov.(16) seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan reflak baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (terarace,1973).         
      
12. Daya nalar
13. 1874/1949
14. Hitnzman, 1978
15. Hilgard & Bower, 1975




                                                                                                                                                         4
3. Pembiasaan Perilaku Respons  

     Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Rebert, 1988). Tidak seperti dalam respondent conditioning ( yang responsnya didatangkan oleh stimulus tertentu), Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan reinforcer.(16)

4. Teori Pendekatan Kognitif

     Teori pendekatan kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalamperkembangan psikologi pendidikan. sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas : psikologi kognitif, ilmu-imu komputer, linguistik, intejelensi buatan, matematika, epistemologi, dan neuropsychology.(17)  

E. Proses dan Fase Belajar  

1. Definisi proses belajar

     Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan” Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), any change in any objek on ortganism, particularly a behavioral or psychology chage.(18)

2. Fase-Fase dalam Proses Belajar   

     Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase.

a. fase informasi (tahap penerimaan materi)
b. fase transformasi (tahapan pengubahan materi)
c. fase evaluasi (tahap penilaian materi)

    Menurut Wittig (1981), dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan.

a. Acquistion (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b. Storage (tahap penyimpanan iformasi)
c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)     

  
16. Stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasanagan stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning.
17.  Psikologi syaraf.
18. suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.  














                                                                                                                                                         5 
                                                                                                                                                                            
                                                                   BAB V



CIRI, PERWUJUDAN, JENIS, PENDEKATAN, DAN                                                                  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELEJAR 



A. Ciri Khas Perilaku Belajar

     Karakteristik perilaku belajar ini dakam beberapa pustaka rujukan, antara lain psikologi pendidikan oleh Surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:

1. perubahan itu intensional;
2. perubahan itu positif dan aktif;
3. perubahan itu efektif dan fungsional; 

1. Perubahan intensional  

     Perubahan yang terjadi alam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan dan lain sebagainya.

2. Perubahan positif dan aktif  

    Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperi pemahaman keterampilan baru) yang lebih baik daripada apayang ada sebelumnya. adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinyaseperti karena proses pematangan (misalnya, bayi bisa merngkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

3. Perubahan Efek danFungsional  

    Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan nanfaat tetentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa  menempuh ujian dan menyesuakan diri dengan lingkungan sehari-hari dalam memprtahankan kelangsungan hidupnya.

B. Perwujudan Perilaku Belajar

      dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli sependapat- atau sekurang-kurangnya terdapat titik temu diantara mereka diantara mereka-mengenai hal-hal yang prinsipal. Akan tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa dan bagaimana perwujudannya, agaknya masih tetap merupakan teka-teki yang sering menimbulkan silang pendapat yang cukup tajam diantara para ahli itu. Meskipun demikian, berikut ini akan penyusun turunkan pendapat sekelompok ahli yang relatif lebih lengkap mengenai perilaku belajar. Pemakain pendapat sekelompok ahli ini tidak berati mengecilkan pendapat kelompok ahli lainya.

                                                                                                                                                            
                                                                                                                                                         6
1. Kebiasaan

       Setiap siwa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Bhurgardt (1973), kebiasaan itu timbul karen proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan inilah, muncul satu pola bertingkah laku baru yang relatif menetapdan otomatis.

2. Keterampilan

        Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya moyotik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang yeliti dan kesadaran tinggi. Dengan demikian, siswa yang mengeluarkan gerakan motorik degan koordinasi dan kesadaranyang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.

3. Pengamatan

        Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.

4. Berfikir Asosiatif dan daya ingat

        Secara sederhana berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar.

5. Berfikir Rasional dan Kritis

         Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan periaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yangberfikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana dan mengapa”.

6. Sikap  

        Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.

7. Inhibisi  

     Secara ringkas inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respons tertentu karena ada proses respons lain yang sedang berlangsung (Reber, 1988). Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi adalah kesangupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yag lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.




                                                                                                                                                         7       
8. Apresiasi  

     Pada dasarnya, apresiasi berarti suastu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu (chaplin, 1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda-baik yang abstrak maupun yang kongkrit- yang memiliki nilai luhur, Apresiasi adalah gejala ranah afektif yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya  seni budaya seperti: seni sastra, seni musik, seni lukis, drama, dan lain sebagainya.

9. Tingkah Laku Afektif  

       Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingjah laku seperi ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.

C. Jenis-jenis Belajar
 
       Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia yangnjuga bermacam-macam.

1. Belajar abstrak

       Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masakah yang tidak nyata.

2. Belajar Keterampilan

       Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan moyorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.

3. Belajar Sosial  

       Belajar sosial pada dasrnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan tehnik-tehnik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.

4. Belajar Pemecahan Masalah

       Belajar pemecahan masalah pada dasarmya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsap-konsep, prinsip-prinsip, dan generelisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.

5. Belajar Rasional  

        Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampun berfikir secara rasional dan logis (sesuai akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Dengan nelajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan maslah dengan pertimbangan strategi akal sehat, logis dan sistematis (Reber, 1988).



                                                                                                                                                        8
6. Belajar Kebiasaan

        Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan-perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).

7. Belajar Apresiasi  

       Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah (afektif skill) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat nilai objek tertentu misalnya apresisai sastra, apresiasi musik dan lain sebagainya.

8. Belajar Pengetahuan

       Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pegetahuan tertentu. Tujuan belajar pengetahuan ini adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengatahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.  

 

                                                                                                                                                        9
                                                         
                                                                     DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................................................II

BAB IV.........................................................................................................................................1

A. DEFINISI BELAJAR...............................................................................................................1
 1. Definisi belajar...........................................................................................................................1
  2. A. Contoh Belajar.....................................................................................................................2  
B. Arti Penting Belajar....................................................................................................................2
C. Belajar, Memori, serta Pengetahuan dalam Perspektif psikologi dan Agama...........................3
1. Perspektif Psikoogi......................................................................................................................3
2. Perspektif Agama....................................................................................................................... 3
     Ragam alat Belajar......................................................................................................................3
D. Teori-teori Pokok Belajar...........................................................................................................4
1. Koneksionnisme......................................................................................................................... 4
2. Pembiasaan Klasik.......................................................................................................................4
3. Pembiasaan Perilaku Respons.....................................................................................................5  
4. Teori Pendekatan Kognitif..........................................................................................................5
E. Proses dan Fase Belajar..............................................................................................................5 
1. Definisi proses belajar.................................................................................................................5
2. Fase-Fase dalam Proses Belajar..................................................................................................5  

BAB V............................................................................................................................................6
.
CIRI, PERWUJUDAN, JENIS, PENDEKATAN, DAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR......................................................................6

A. Ciri Khas Perilaku Belajar..........................................................................................................6
1. Perubahan intensional .................................................................................................................6
2. Perubahan positif dan aktif..........................................................................................................6  
3. Perubahan Efek danFungsional...................................................................................................6 
B. Perwujudan Perilaku Belajar.......................................................................................................6
1. Kebiasaan.....................................................................................................................................7
2. Keterampilan................................................................................................................................7
3. Pengamatan .................................................................................................................................7
4. Berfikir Asosiatif dan daya ingat ................................................................................................7
5. Berfikir Rasional dan Kritis.........................................................................................................7
6. Sikap............................................................................................................................................7 
7. Inhibisi ........................................................................................................................................7
8. Apresiasi......................................................................................................................................8 
9. Tingkah Laku Afektif..................................................................................................................8 
C. Jenis-jenis Belajar ......................................................................................................................8
1. Belajar abstrak ............................................................................................................................8
2. Belajar Keterampilan...................................................................................................................8
3. Belajar Sosial ..............................................................................................................................8
4. Belajar Pemecahan Masalah .......................................................................................................8
5. Belajar Rasional ..........................................................................................................................8
6. Belajar Kebiasaan .......................................................................................................................9
7. Belajar Apresiasi..........................................................................................................................9 
8. Belajar Pengetahuan ...................................................................................................................9